Jakarta, Sayangi.com – Bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo memaparkan tujuh program “kunci” untuk membangun Indonesia, mulai dari sektor ekonomi, kesejahteraan sosial, hingga pemberantasan korupsi.
“Dalam hal kemakmuran perlu ada peningkatan PDB per kapita menjadi dua kali lipat dan aspek kesehatan, satu desa harus ada satu puskesmas dan satu dokter. Karena itu perlu banyak dokter, sehingga sekolah kedokteran jangan dibuat mahal,” kata Ganjar melalui keterangannya di Jakarta, Senin.
Hal itu dikatakannya dalam acara bertajuk “Ganjar Jawab Tantangan Masa Depan Indonesia” di Jakarta, Minggu (17/9) malam.
Ganjar menjelaskan bahwa visi-misi itu akan disokong tiga pondasi program utama, yakni pelipatgandaan anggaran, digitalisasi pemerintahan, dan pemberantasan korupsi.
Menurut dia, turunan dari ketiga pondasi itu dirumuskan dalam tujuh program kunci. Pertama adalah membangun sumber daya manusia yang produktif.
Terkait hal itu, Ganjar berencana membuka akses pendidikan seluas-luasnya tanpa membeda-bedakan gender atau tingkat kesejahteraan. Dia berharap program itu bisa menekan angka pengangguran nasional hingga sekitar 4 persen pada tahun 2029.
“Penting untuk mempersiapkan talenta. Karena itu, akses pendidikan perlu diberikan seluas-luasnya, memberikan 1 dari 4 mahasiswa untuk gratis kuliah. Dalam membangun SDM, saya ingin adil antara laki-laki dan perempuan, begitu juga perkotaan dan pedesaan,” ujarnya.
Program kedua menurut dia, menjaga stabilitas harga bahan-bahan pokok dengan tiga strategi untuk merealisasikannya, yaitu mengakselerasi kinerja birokrasi untuk memantau ketersediaan suplai dan permintaan, menggenjot sentra produksi bahan pokok, dan menyeimbangkan neraca ekspor-impor pangan.
“Dalam hal ini, saya rasa perlu diversifikasi pangan agar tidak bertumpu pada beras,” katanya.
Ganjar menjelaskan program ketiga adalah menghapus kemiskinan, dirinya ingin mengurai kemiskinan yang belum selesai melalui intervensi-intervensi program pemerintah yang fokus pada investasi keluarga.
Program keempat menurut dia, memperkuat jaringan pengaman sosial, dirinya ingin memperbaiki data penerima program jaring pengaman sosial yang saat ini masih belum rapi.
Setelah itu dia berencana memperluas jangkauan BPJS, anggaran jaring pengaman sosial akan ditambah dari semula Rp166 triliun pada tahun 2024 menjadi Rp300 triliun pada 2029.
“Saya dorong satu data Indonesia yang hari ini belum selesai, saya kemarin ngobrol, ‘Wah, masih terjadi ego sektoral’. Menurut saya, kalau sektor ini sama sektor ini tidak mau (kerja sama), ya sudah, teken saja. Tunjuk ini (instansi). Kamu perintah dari top leader harus selesai besok,” katanya.
Ganjar mengatakan program kelima adalah mendorong hilirisasi menuju pabrik kelas dunia, sehingga dirinya menargetkan mengakselerasi perkembangan sektor-sektor penopang PDB. Dia akan mendorong pertumbuhan di sektor pertanian hingga naik 2,25 persen, pertambangan dan penggilingan naik sekitar 4,38 persen.
“Lalu, industri pengolahan naik sebesar 4,89 persen, perdagangan dan reparasi sebesar 5,52 persen, transportasi dan pergudangan 19,87 persen, dan sektor digital sebesar 19 persen,” ujarnya.
Program keenam menurut dia, akselerasi nilai tambah pembangunan infrastruktur, dirinya ingin beragam proyek infrastruktur yang telah dibangun pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi) diakselerasi agar merangsang kegiatan ekonomi.
Ganjar mencontohkan bandara dan pelabuhan yang dibangun nantinya disesuaikan dengan keunggulan wilayah. Selain itu, gerbang-gerbang menuju jalan tol bakal dimodifikasi supaya dekat dengan tempat tinggal dan kerja.
“Infrastruktur sumber daya air yang lebih produktif, kereta api berteknologi modern, menciptakan 40 persen bauran energi baru terbarukan, perumahan yang berkualitas dan membangun banyak kawasan industri dan ekonomi yang berorientasi pada hilirisasi,” kata dia.
Program ketujuh menurut dia, memulihkan kondisi alam Indonesia. Ada sejumlah rencana untuk itu, seperti mengurangi emisi karbon, mencetak talenta untuk inovasi, serta mendorong ekonomi hijau dan ekonomi biru.
Terkait ekonomi biru, dia ingin mendorong perikanan Indonesia tidak lagi bertumpu pada perikanan tangkap, melainkan budidaya.