Jakarta, Sayangi.com – Presiden Joko Widodo bertemu dengan CEO Freeport-Mcmoran Inc. sekaligus Presiden Komisaris PT Freeport Indonesia Richard C Adkerson di istana kepresidenan Jakarta.
“Tadi membicarakan perkembangan mengenai produksi pertambangan, progres ‘smelter’. Pak Richard Adkerson, ada semua, mumpung dia di sini kita silaturahmi semua,” kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas di lingkungan istana kepresidenan Jakarta pada Rabu.
Presiden Jokowi dan Richard C Adkerson diketahui pernah bertemu sebelumnya saat acara peluncuran Teknologi 5G Mining di PT Freeport Indonesia (PTFI) di lokasi PTFI, Kabupaten Mimika, pada 1 September 2022.
“Itu tadi kita ‘report’ perkembangannya dari Freeport bagaimana produksi dan progres ‘smelter’ itu saja,” ungkap Tony.
Saat ini pemerintah diketahui sedang menerapkan kebijakan pengurangan ekspor bahan mentah dan meningkatkan hilirisasi industri berbasis SDA di dalam negeri.
Indonesia telah melakukan hilirisasi nikel yang dinilai berhasil memberikan nilai tambah signifikan yaitu sebesar 33 miliar dolar AS atau sekitar Rp514 triliun pada 2022. Presiden Jokowi lalu sempat menyampaikan kebijakan rencana pelarangan ekspor bijih tembaga dan emas.
“Smelter rencananya Mei 2024 akan ‘start’ dan akan ‘wrapped up’ sampai akhir 2024. Pak Presiden berharap ‘smelter’ ini dapat selesai tepat waktu atau paling tidak lebih cepat,” ungkap Tony.
Dalam pertemuan tersebut juga dibicarakan situasi terkini di Papua.
“Kan secara keseluruhan di wilayah kerja kita relatif aman. Kita juga laporkan Freeport baru ulang tahun ke-56 minggu lalu, dan situasi keamanan jadi umum saja,” tambah Tony.
Saat ini Indonesia diketahui hanya memiliki satu smelter tembaga yang beroperasi di Gresik (PT Smelting) yang mengolah konsentrat milik PT Freeport Indonesia (PTFI).
Kapasitas produksi maksimal hanya mampu menyerap 1 juta ton konsentrat tembaga, jauh di bawah produksi saat ini yang diperkirakan mencapai 3,9 juta ton, gabungan dari konsentrat hasil penambangan PTFI sebesar 3 juta ton dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sebesar 900 ribu.
Meski demikian pemerintah telah menginstruksikan perusahaan agar segera menyelesaikan proyek pembangunan smelter supaya semua produksi dapat diserap secara domestik.
Saat ini PTFI dan AMNT sama-sama sedang membangun pabrik pengolahan konsentrat tembaga baru yang hingga akhir tahun lalu realisasinya telah mencapai 50 persen. Selain itu Freeport juga akan melakukan investasi untuk penambahan kapasitas PT Smelting dan setelahnya menjadi pemegang saham mayoritas.
PTFI akan membangun fasilitas pemurnian tembaga di Kawasan Industri Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE) yang diperkirakan rampung akhir tahun ini dan mulai beroperasi pertengahan tahun depan dan dapat beroperasi penuh dan menyerap 1,7 juta ton konsentrat tembaga pada akhir tahun 2024. (An)